Dulu gedung setan, sekarang berubah jadi masjid
Masjid Agung Al Ukhuwwah berada pusaran Kota Bandung atau tepatnya di Jalan Wastukencana, Bandung. Mudah orang untuk mencari, karena lokasinya yang cukup strategis. Bangunan bertingkat dan kemewahan terpancar dari masjid yang didominasi warna putih itu.
Namun siapa sangka, gedung yang sudah berdiri tegak sejak tahun 1998 itu menyimpan cerita mistis. Usut diusut ternyata masjid yang dulunya merupakan Graha Pancasila pernah terbengkalai.
Sehingga dalam waktu lama, gedung yang keberadaanya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda itu menjadi jarang aktivitas. Mungkin dari situ muncul di benak masyarakat bahwa gedung kosong akan 'berpenghuni'.
Melihat kondisi itu, pemerintah kota Bandung berinisiatif untuk mengalihkan fungsi menjadi Masjid Agung. Sehingga pada tahun 1995 pemkot meresmikan pembangunan Masjid yang diharapkan bisa menjadi Masjid kebanggaan warga Jawa Barat.
Tiga tahun masjid yang memiliki bangunan tiga tingkat ini berproses. Yang pada akhirnya pada 19 Agustus 1998 seiring dengan era reformasi masjid ini selesai dan diresmikan. Orang kini mengetahuinya adalah Masjid Pemkot. Karena lokasinya yang berseberangan dengan Kantor Pemerintah Kota Bandung.
Aktivitas di masjid yang semula bernama Masjid Raya Balaikota Al Ukhuwwah kian ramai. Tak cuma aktivitas ibadah Salat Jumat dan Salat Maktubah (Salat 5 waktu), tapi bermacam kegiatan keagamaan digelar dan dimakmurkan oleh jamaah, semakin hari makin melimpah.
Saat merdeka.com menelusuri masjid ini tidak ada hal yang menganehkan dari tempat beribadah ini. Namun memang kondisi perparkiran mobil dan motor sudah terlihat ada beberapa bangunan tidak berfungsi lagi.
Reza Winarto (28) petugas kebersihan dan perparkiran, kesehariannya bekerja dan tinggal di tempat ini. Dia bekerja sudah hampir 10 tahun. Banyak memang keganjalan sering terjadi di tempat ini. Dia pun memiliki pengalaman buruk selama menjalankan tugasnya.
Peristiwa yang menonjol saat itu terjadi empat tahun silam atau tahun 2008. Saat itu dia yang hendak mengecek air toren diisinya di lantai tiga. Namun kondisi untuk mengecek toren harus menggapai tangga setapak.
"Ya saat itu jam 11 malam kira-kira, saya akan ngecek air. Tapi pada saat sampai, saya melihat pocong tertidur, di situ saya melompat dan tidak berani kembali," ceritanya sembari, saat memperlihatkan bulukuduknya kembali merinding.
Namun keesokan harinya dia mengajak temannya untuk mengecek kembali. Mungkin pocong yang dimaksudkan adalah benda lain. "Saya ngecek, siapa tahu karung atau lainnya, tapi tidak ada ternyata," katanya.
Dia mengaku sudah tak aneh mendapat laporan mengenai keganjalan-keganjalan di masjid ini. "Tapi biasanya di luar masjid, kayak parkiran, tempat penitipan sandal, kantin. Kalau orang bisa sih sering melihat wujud orang zaman-zaman dulu," imbuhnya. "Saya pun sering kalau mendengar suara-suara ganjil," ujarnya.
"Kalau dengar cerita, wujud kakek-kakek di tempat penitipan sendal suka ada, namun saat didekati tiba-tiba menghilang," ungkapnya.
Hal serupa pun dikatakan Sekretaris II Pengurus Masjid Al Ukhuwwah, Rohmani. Menurutnya, laporan-laporan seperti itu memang sering terjadi. Namun pihaknya menanggapi positif. "Pasti ada, apalagi ini bekas bangunan tua," tuturnya.
Namun dia enggan menceritakan keganjalan pribadinya. Padahal dia sesekali bermalam di kantor DKM. "Ada saja, tapi ya kalau kita takut justru mereka yang menakuti kita," jelasnya.
sumber
Namun siapa sangka, gedung yang sudah berdiri tegak sejak tahun 1998 itu menyimpan cerita mistis. Usut diusut ternyata masjid yang dulunya merupakan Graha Pancasila pernah terbengkalai.
Sehingga dalam waktu lama, gedung yang keberadaanya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda itu menjadi jarang aktivitas. Mungkin dari situ muncul di benak masyarakat bahwa gedung kosong akan 'berpenghuni'.
Melihat kondisi itu, pemerintah kota Bandung berinisiatif untuk mengalihkan fungsi menjadi Masjid Agung. Sehingga pada tahun 1995 pemkot meresmikan pembangunan Masjid yang diharapkan bisa menjadi Masjid kebanggaan warga Jawa Barat.
Tiga tahun masjid yang memiliki bangunan tiga tingkat ini berproses. Yang pada akhirnya pada 19 Agustus 1998 seiring dengan era reformasi masjid ini selesai dan diresmikan. Orang kini mengetahuinya adalah Masjid Pemkot. Karena lokasinya yang berseberangan dengan Kantor Pemerintah Kota Bandung.
Aktivitas di masjid yang semula bernama Masjid Raya Balaikota Al Ukhuwwah kian ramai. Tak cuma aktivitas ibadah Salat Jumat dan Salat Maktubah (Salat 5 waktu), tapi bermacam kegiatan keagamaan digelar dan dimakmurkan oleh jamaah, semakin hari makin melimpah.
Saat merdeka.com menelusuri masjid ini tidak ada hal yang menganehkan dari tempat beribadah ini. Namun memang kondisi perparkiran mobil dan motor sudah terlihat ada beberapa bangunan tidak berfungsi lagi.
Reza Winarto (28) petugas kebersihan dan perparkiran, kesehariannya bekerja dan tinggal di tempat ini. Dia bekerja sudah hampir 10 tahun. Banyak memang keganjalan sering terjadi di tempat ini. Dia pun memiliki pengalaman buruk selama menjalankan tugasnya.
Peristiwa yang menonjol saat itu terjadi empat tahun silam atau tahun 2008. Saat itu dia yang hendak mengecek air toren diisinya di lantai tiga. Namun kondisi untuk mengecek toren harus menggapai tangga setapak.
"Ya saat itu jam 11 malam kira-kira, saya akan ngecek air. Tapi pada saat sampai, saya melihat pocong tertidur, di situ saya melompat dan tidak berani kembali," ceritanya sembari, saat memperlihatkan bulukuduknya kembali merinding.
Namun keesokan harinya dia mengajak temannya untuk mengecek kembali. Mungkin pocong yang dimaksudkan adalah benda lain. "Saya ngecek, siapa tahu karung atau lainnya, tapi tidak ada ternyata," katanya.
Dia mengaku sudah tak aneh mendapat laporan mengenai keganjalan-keganjalan di masjid ini. "Tapi biasanya di luar masjid, kayak parkiran, tempat penitipan sandal, kantin. Kalau orang bisa sih sering melihat wujud orang zaman-zaman dulu," imbuhnya. "Saya pun sering kalau mendengar suara-suara ganjil," ujarnya.
"Kalau dengar cerita, wujud kakek-kakek di tempat penitipan sendal suka ada, namun saat didekati tiba-tiba menghilang," ungkapnya.
Hal serupa pun dikatakan Sekretaris II Pengurus Masjid Al Ukhuwwah, Rohmani. Menurutnya, laporan-laporan seperti itu memang sering terjadi. Namun pihaknya menanggapi positif. "Pasti ada, apalagi ini bekas bangunan tua," tuturnya.
Namun dia enggan menceritakan keganjalan pribadinya. Padahal dia sesekali bermalam di kantor DKM. "Ada saja, tapi ya kalau kita takut justru mereka yang menakuti kita," jelasnya.
sumber
Tidak ada komentar: