Polisi di Bandung ini bertugas tanpa kedua kaki
weberita.com - Memiliki keterbatasan fisik bukan berarti seseorang pasrah dengan keadaan, adalah Aipda Beni Hendrik Hernawan, yang tetap menjalankan tugasnya meski tanpa kedua kaki. Beni bertugas di bagian administrasi Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung. Beban di lapangan sudah dilepaskan atasannya lantaran kondisi yang tidak memungkinkan.
10 tahun sudah ia beraktivitas menggunakan kursi rodanya. Namun tak ada keluh kesah dengan kondisi fisik yang serba terbatas.
"Saya ikhlas dengan kondisi sekarang ini. Tuhan punya maksud lain. Yang pasti saya tidak mau patah semangat," tutur Beni.
Ia ingat benar kejadian nahas yang menimpanya pada 28 November 2005 silam. Pria kelahiran Bandung 28 Juni 1977 tersebut bertugas di bagian Unit Laka Polres Bandung. Suatu malam telepon kantornya berdering lantaran ada kecelakaan roda empat di kawasan Nagreg.
"Saat itu sekitar pukul 23.00 WIB saya mendapatkan laporan warga ada TKP (tempat kejadian perkara) antara truk dan mobil chevrolet yang terlibat kecelakaan, akhirnya saya dan teman ke sana," terangnya.
Hujan deras dan minim penerangan terjadi pada tengah malam tersebut. Saat itu Beni hendak berusaha menderek kendaraan agar tak mengganggu arus lalu lintas. Beni berdiri tepat di antara dua kendaraan yang terlibat tabrakan.
Tak dinyana, Bus Pariwisata tujuan Solo- Jakarta yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak bagian belakang truk. Otomatis truk terdorong dan menghantam tubuh Beni yang menghimpit kedua kakinya.
"Saya mengalami luka parah, terutama di bagian kaki saya yang sudah remuk," kisahnya.
Dia langsung mendapatkan pertolongan darurat untuk mengalami luka parahnya tersebut. Dalam hitungan kurang dari satu pekan Beni harus mengambil keputusan bahwa tak ada cara lain selain harus di amputasi.
"Saya dulu bingung sekali, karena saya harus bilang sama keluarga. Akhirnya satu minggu usai kejadian kaki kiri saya otomatis dipotong," katanya. Begitu juga dengan kaki kanan yang ternyata kondisinya tak kunjung membaik. Betis yang membengkak padahal tulang sudah remuk membuat ia meringis kesakitan.
"Saya enggak kuat ternyata nahan rasa nyeri. Akhirnya kaki kanan saya juga ikut diamputasi sekitar satu minggu setelah kaki kiri (diamputasi)," tuturnya.
Sejak itulah Beni harus merelakan kedua kakinya hilang. Tidak ada lagi panggilan di lapangan hanya sekedar memantau, mengatur lalu lintas di jalur mudik tersebut. "Tugas saya sekarang bagian administrasi pimpinan dari Kapolda Jabar (Irjen Pol M Iriawan) Kapolres Bandung (AKBP Jamaludin) mensuport baik. Dia menekankan jangan mengeluh. Alhamdulillah saya kuat," terangnya.
Tekad kuat ia tegakkan meski kini kedua kakinya hilang. "Saya prinsipnya enggak mau kalah sama orang normal. Dalam artian mereka yang memiliki kondisi fisik lengkap," ungkapnya.
Aktivitas Beni kini dibantu kursi roda dan mengandalkan kedua tangannya untuk mendorong. Ia tinggal di asrama tempatnya berdinas. Adapun istri dan kedua anaknya tinggal di Cileunyi.
"Anak istri saya di Cileunyi. Saya sengaja tinggal di asrama karena kalau bulak-balik saya enggak kuat. Mungkin saya pulang seminggu sekali ke rumah, nengokin istri," jelasnya.
Merdeka.com
10 tahun sudah ia beraktivitas menggunakan kursi rodanya. Namun tak ada keluh kesah dengan kondisi fisik yang serba terbatas.
"Saya ikhlas dengan kondisi sekarang ini. Tuhan punya maksud lain. Yang pasti saya tidak mau patah semangat," tutur Beni.
Ia ingat benar kejadian nahas yang menimpanya pada 28 November 2005 silam. Pria kelahiran Bandung 28 Juni 1977 tersebut bertugas di bagian Unit Laka Polres Bandung. Suatu malam telepon kantornya berdering lantaran ada kecelakaan roda empat di kawasan Nagreg.
"Saat itu sekitar pukul 23.00 WIB saya mendapatkan laporan warga ada TKP (tempat kejadian perkara) antara truk dan mobil chevrolet yang terlibat kecelakaan, akhirnya saya dan teman ke sana," terangnya.
Hujan deras dan minim penerangan terjadi pada tengah malam tersebut. Saat itu Beni hendak berusaha menderek kendaraan agar tak mengganggu arus lalu lintas. Beni berdiri tepat di antara dua kendaraan yang terlibat tabrakan.
Tak dinyana, Bus Pariwisata tujuan Solo- Jakarta yang melaju dengan kecepatan tinggi menabrak bagian belakang truk. Otomatis truk terdorong dan menghantam tubuh Beni yang menghimpit kedua kakinya.
"Saya mengalami luka parah, terutama di bagian kaki saya yang sudah remuk," kisahnya.
Dia langsung mendapatkan pertolongan darurat untuk mengalami luka parahnya tersebut. Dalam hitungan kurang dari satu pekan Beni harus mengambil keputusan bahwa tak ada cara lain selain harus di amputasi.
"Saya dulu bingung sekali, karena saya harus bilang sama keluarga. Akhirnya satu minggu usai kejadian kaki kiri saya otomatis dipotong," katanya. Begitu juga dengan kaki kanan yang ternyata kondisinya tak kunjung membaik. Betis yang membengkak padahal tulang sudah remuk membuat ia meringis kesakitan.
"Saya enggak kuat ternyata nahan rasa nyeri. Akhirnya kaki kanan saya juga ikut diamputasi sekitar satu minggu setelah kaki kiri (diamputasi)," tuturnya.
Sejak itulah Beni harus merelakan kedua kakinya hilang. Tidak ada lagi panggilan di lapangan hanya sekedar memantau, mengatur lalu lintas di jalur mudik tersebut. "Tugas saya sekarang bagian administrasi pimpinan dari Kapolda Jabar (Irjen Pol M Iriawan) Kapolres Bandung (AKBP Jamaludin) mensuport baik. Dia menekankan jangan mengeluh. Alhamdulillah saya kuat," terangnya.
Tekad kuat ia tegakkan meski kini kedua kakinya hilang. "Saya prinsipnya enggak mau kalah sama orang normal. Dalam artian mereka yang memiliki kondisi fisik lengkap," ungkapnya.
Aktivitas Beni kini dibantu kursi roda dan mengandalkan kedua tangannya untuk mendorong. Ia tinggal di asrama tempatnya berdinas. Adapun istri dan kedua anaknya tinggal di Cileunyi.
"Anak istri saya di Cileunyi. Saya sengaja tinggal di asrama karena kalau bulak-balik saya enggak kuat. Mungkin saya pulang seminggu sekali ke rumah, nengokin istri," jelasnya.
Merdeka.com
Tidak ada komentar: